Agama adalah sebuah panduan hidup
yang dimiliki masing masing manusia yang hidup di muka bumi ini dalam pandangan
dunia yang menghubungkan manusia dengan tatanan/perintah dari kehidupan.Dengan
adanya kesadaran beragama, manusia akan memiliki kesadaran tentang betapa pentingnya
kehadiran manusia lain. Manusia lain tersebut tentu memiliki berbagai perbedaan
dan keunikan tersendiri. Mulai dari suku, agama, ras, maupun golongan. Perlu
adanya sebuah kesadaran untuk menyikapi perbedaan-perbedaan tersebut.
Perbedaan memang menjadi sesuatu yang
tidak dapat dihindari di negeri ini. Para founding fathers secara tepat
merumuskan bentuk negara ini bukan menjadi negara agama atau negara sekuler
yang tentunya akan menimbulkan berbagai konflik. Pilihan untuk menjadi negara
non agama memberikan dasar-dasar yang kuat bagi bangsa ini untuk bersikap
toleran, menghargai kepelbagaian, dan menjunjung tinggi kemerdekaan. Rumusan
para founding fathers menjadi sebuah kecermatan dan kecerdasan yang digunakan
untuk dapat memenuhi kebutuhan bersama akan adanya sebuah ketenteraman dalam
bermasyarakat. Klaim kebenaran yang ditandai dengan adanya perbedaan
interpretasi dalam menghadapi suatu hal, akhirnya mengakibatkan polarisasi
antarkelompok agama. Fenomena yang muncul di negeri ini adalah dengan munculnya
Nahdlatul Ulama (NU) dan Muhammadiyah. Perbedaan yang muncul dalam bidang fikih
semakin menjalar ke bidang politik. Fenomena serupa juga terjadi dalam agama
Kristen yang kemudian melahirkan dua agama baru, yaitu Katolik dan Protestan.
Konflik agama yang terjadi di
indonesia antara lain seperti Kerusuhan Poso yang terjadi pada tahun 1998
sampai 2000, lalu ada juga kerusuhan SituBondo pada tahun 1996, semua itu
dikarenakan Adanya sikap saling menghina agama, lalu sikap tertutup dan saling
curiga antar agama juga menjadi sebuah hal yang berpotensi menimbulkan konflik.
Agama semula ditujukan untuk menciptakan keserasian antar hamba Tuhan. Akan
tetapi, dengan adanya sikap tertutup dan saling curiga antaragama, hal tersebut
seakan sulit untuk diwujudkan. Kegiatan yang dijalankan oleh suatu agama
dianggap sebagai sebuah ancaman bagi agama lain. Sebagai contoh, pendirian
rumah ibadat dianggap suatu ekspansi yang akan merugikan agama lain. Pendirian
ruma ibadat yang semula ditujukan sebagai sumber kebaikan dan kemaslahatan,
malah menjadi sumber sengketa dan pertentangan. Keterkaitan yang berlebihan
terhadap simbol agama seperti Masjid dan Gereja juga dinilai sebagai sebuah
sumber konflik. Masjid dan Gereja bukan lagi sebagai sebuah tempat sakral
tetapi sesuatu yang patut untuk dibanggakan. Kebanggaan adalah sesuatu yang
identik dengan kesombongan, maka jika kesombongan tersebut ternodai, konflikpun
tidak dapat dihindari. Akibatnya, sikap saling membunuh muncul. Padahal, rumah
ibadat yang dibangun tersebut ditujukan sebagai sarana belajar bagaimana untuk
menjalin rasa cinta antar sesama hamba Tuhan.
Berbagai masalah agama yang
berpotensi menimbulkan konflik membutuhkan berbagai solusi untuk mengatasinya.
Salah satu diantaranya adalah kita harus senantiasa mengembangkan sikap
toleransi antar penganut agama. Penyelesaian konflik harus dimulai dari
individu beragama tersebut. Harus ada sebuah kesadaran bahwa setiap agama
memiliki teks dan ajaran yang terkadang tafsirnya masih ambigu, yang berakibat
pada praktik dan keyakinan beragama yang berbeda. Membangun kehidupan
bermasyarakat tanpa memandang adanya perbedaan agama merupakan modal yang
sangat positif untuk menciptakan adanya sebuah perdamaian.
Dialog juga diperlukan dalam
kehidupan sehari-hari. Dialog bukan ditujukan untuk mempersamakan satu agama
dengan agama yang lain. Diadakannya dialog ditujukan untuk mendapatkan suatu
titik temu yang dimungkinkan secara teologis oleh agama yang kita anut. Suatu
dialog dilakukan dengan perasaan rendah hati untuk membandingkan konsep-konsep
agama lain. Diharapkan suatu keharmonisan dapat diciptakan dengan adanya dialog
tersebut.
Peran tokoh agama adalah sebuah hal
yang vital untuk mengantisipasi terjadinya sebuah konflik. Tokoh agama harus
memberikan pemahaman keagamaan yang damai dan tidak menonjolkan perbedaan.
Mereka harus menyatakan bahwa urusan kebenaran agama adalah urusan pribadi yang
tak boleh diganggu siapapun. Mereka juga harus memberikan contoh sikap yang
seharusnya ditunjukkan dalam menghadapi sebuah permasalahan.
Akar sebuah konflik tidaklah tunggal
seperti didasarkan pada perbedaan keyakinan dan doktrin. Hal tersebut menuntut
sebuah penyelesaian dengan mempertimbangkan faktor-faktor lain seperti politik,
ekonomi, sosial, dan lain-lain. Perbedaan merupakan rahmat dari Tuhan. Jadi,
kita harus menghormati adanya perbedaan tersebut. Dengan sikap saling
menghormati diharpakan dapat terciptanya masyarakat yang aman dan tenteram
tanpa adanya sebuah konflik.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar